Menu
logo ngetikngetik
  • Beranda
  • Cerita
    • Cerita Pilihan
    • Genre
      • Dongeng
      • Fantasi
      • Flashback kehidupan
      • Horror / Mistis
      • Humor
      • Mitos
      • Romantis
  • Belajar
    • Biologi
    • Fisika
    • Kimia
    • Komputer
    • Matematika
  • Industri
  • Umum
  • Review
logo ngetikngetik

Kisah Burung Merak dan Angsa

Posted on Maret 2, 2020Maret 5, 2020
No ratings yet.

Kisah Burung Merak dan Angsa Yang Minder

Di sebuah kebun binatang, dikisahkan seekor burung merak dan angsa. Kandang mereka bersebelahan satu sama lain hingga membuat keduanya menjadi sangat kompak dan bersahabat. Burung merak mempunyai paras yang cantik sementara angsa memiliki bulu yang halus.

Biasanya, setelah mendekati kandang merak, orang-orang juga mendekati kandang sang angsa kecil yang suka berenang di kandangnya sambil bersiul. Angsa juga kerap menaik-turunkan lehernya yang panjang sebagai bahan hiburan untuk anak-anak.

Ketika jam makan pagi telah tiba, burung merak selalu mengajak angsa untuk makan bersama.

“Hai angsa,”

“Hai merak,””Ini sudah pagi. Mari kita makan bersama di kandang kita masing-masing.” seru burung merak.

“Oke merak, mari kita nikmati makanannya!” jawab angsa.

Setiap hari mereka lakukan seperti itu. Mereka kadang tertawa dan latihan melompat bersama dari kandang masing-masing. Tetapi saat malam telah tiba, angsa selalu memperhatikan cara tidur burung merak. Dalam hatinya berbisik “burung merak akan sangat indah setelah dewasa, dan aku akan semakin diabaikan oleh semua orang.”

Angsa selalu berpikir bahwa dirinya akan jelek saat beranjak dewasa dan tidak bisa menjadi bahan perhatian lagi bagi para pengujung kebun binatang. Bagaimana tidak, ketika anak-anak sedang lewat dari kandang angsa dan burung merak, gerak-gerik burung merak semakin menjadi bahan perhatian. Sesekali mereka mengambil gambar lewat kamera orangtuanya untuk dijadikan sebagai kenang-kenangan. Begitu dan selalu hingga akhirnya membuat angsa merasa minder kepada sang sahabat, burung merak.

Kemudian suatu ketika angsa bermimpi. Ia bermimpi bahwa burung merak tidak mau berteman lagi dengannya. “Maaf angsa, kamu jelek saat dewasa dan tidak diminati oleh anak-anak. Aku tidak bisa berteman lagi denganmu sebab rupamu yang sama sekali tidak menarik dan kampungan itu hanya akan membuat derajatku turun.” kata burung merak dalam mimpi angsa.

Angsa pun terbangun. Dilihatnya lagi kandang burung merak yang hanya disekat dengan kawat berbentuk jaring-jaring. Si burung merak masih terlihat tidur dengan sangat lelap. Lantas angsa segera menghempaskan mimpinya tadi. Ia tahu bahwa burung merak adalah kawan yang setia.

Lalu pada suatu hari di libur panjang nasional, anak-anak sangat ramai berkunjung ke kebun binatang bersama keluarganya masing-masing. Burung merak dan angsa kini sudah sama-sama dewasa.

“Hai angsa, lihat anak-anak banyak yang datang!” seru burung merak dengan sangat heboh.

“Iya merak, aku juga melihatnya..”

“Aku suka anak-anak!!!” kata burung merak lagi.

“Ya aku juga, merak. Mari kita sambut mereka!!”

Rupanya dalam hati angsa tidaklah secerah raut wajahnya menjawab perkataan burung merak. Angsa terlalu khawatir dengan rupanya yang tidak memikat. Dan memang benar. Orang-orang selalu mengagung-agungkan sayap burung merak yang menawan. Angsa merasa dikucilkan.

Tiba-tiba seorang anak menghentikan langkahnya di depan kandang angsa. Sang angsa kelihatan senang akhirnya ada yang mau menyapanya walau angsa tidak mengerti bahasa manusia.

Rupanya ibu dari anak tersebut merasa keberatan. “Nak, itu hanya angsa. Lebih baik kamu melihat burung merak yang dari luar negeri, lihat sayapnya indah sekali bukan?” kata seorang ibu yang lantas mengajak anaknya untuk segera berpaling dari kandang angsa.

Si anak dan ibunya pergi meninggalkan angsa di kandangnya sendirian. Benar, anak tadi berteriak kegirangan saat burung merak mengibas-ngibaskan sayapnya. Sungguh indah.. Ditambah suara burung merak yang cukup merdu.

Semua orang bertepuk tangan di depan kandang burung merak sementara angsa hanya bisa duduk diam di sudut kandangnya. Menjauh dari pintu depan kandang. Wajahnya sangat sedih. Ia benar-benar telah dikucilkan.

Sore pun tiba, pengunjung akhirnya pulang satu per satu secara perlahan. Burung merak tampaknya sangat kelelahan sampai ketiduran, burung merak lupa untuk menyapa temannya itu.

Ya, si angsa. Keadaan angsa semakin hari semakin merasa dikucilkan. Ia bahkan semakin tidak percaya diri lagi memperlihatkan kepiawaiannya dalam menari, seperti yang dilakukannya dulu saat masih kecil. Angsa merasa bahwa ia kampungan dan tidak perlu dilihat orang-orang saat berkunjung ke kebun binatang.

Sejak mereka beranjak dewasa, burung merak semakin mempesona sedangkan angsa terlihat tua dan keriput. Sayapnya tak lagi putih dan halus seperti sedia kala dan menyadari bahwa ia hanyalah jenis binatang lokal.

Malam pun tiba disertai hujan dan angin kencang. Angsa merenungi nasib di sudut kandangnya. Sudah tiga hari ini, angsa tidak pernah lagi bercakap-cakap dan saling sapa dengan burung merak. Melihat hal itu, burung merak pun tak tinggal diam.

“Hai angsa, mengapa kamu terlihat murung sekali?” tanya burung merak.

“Aku tidak apa-apa, merak..” jawab angsa.

“Aku melihatmu perlahan menjauhiku. Bahkan kau sudah jarang jarang untuk mengajakku makan pagi bersama lagi.”

“Itu hanya perasaanmu saja, merak.”

“Tidak, angsa.”

“Iya merak.”

“Angsa.. Kita ini adalah teman. Apa aku memiliki salah kepadamu?”

Angsa seketika diam dan menunduk.

“Angsa jawablah aku.” ucap burung merak.

“Dengar burung merak, kau itu indah. Selalu disukai oleh orang-orang. Sementara aku? Setiap kali ada anak yang melihatku ibunya pasti melarang, mereka lebih bagus untuk melihat pesonamu yang luar biasa ketimbang memperhatikan raut wajahku yang kampungan ini. Aku sama sekali tidak menarik. Setiap hari kandangku sepi pengunjung.. Hiks.. Hiks..”

Angsa berucap panjang lebar sambil menangis tersedu-sedu.

“Angsa, kalau begitu aku akan memberikan sepuluh buah sayapku yang indah ini untuk kau tempelkan pada sayap ditubuhmu. Ambillah.. Esok kandangmu akan dipenuhi oleh anak-anak.”

Angsa lantas menuruti perkataan sahabatnya tersebut. Ia menempelkan kesepuluh sayap burung merak ditubuhnya. Dan benar, pada hari itu semua anak-anak yang berkunjung ke kebun binatang melihat angsa telah memiliki sayap baru ditubuhnya.

Anak-anak bertepuk tangan dan mengatakan bahwa angsa tua masih saja lucu dan menggemaskan.

“Terima kasih merak, kau memang sahabat terbaik. Aku telah merasakan bagaimana rasanya disoraki dan dielu-elukan oleh para pengunjung. Namun aku akan mengambalikan sayapmu ini, ambillah. Aku tak akan menyalahkan keadaan tubuhku. Aku yakin, aku bisa menarik perhatian anak-anak saat aku menari.”

Keesokan harinya, ucapan angsa benar. Burung merak dan angsa sama-sama dipertontonkan oleh banyak pengunjung kebun binatang. Burung merak bersiul sambil melebarkan sayapnya yang sangat indah dan angsa menari-nari sambil sesekali mengarahkan bokongnya ke arah pengunjung. Angsa tidak malu untuk melakukan hal demikian. Walaupun angsa adalah binatang lokal, ia tetap percaya bahwa sesuatu yang dikerjakan dengan penuh percaya diri hasilnya akan memuaskan.

 

Pesan moral yang didapat dari kisah burung merak dan angsa ini adalah:

Kita jangan pernah menyalahkan keadaan tubuh kita, apalagi membanding-bandingkannya dengan orang lain. Merasa tidak percaya diri karena kurang tampan/cantik padahal kita punya talenta yang belum tentu dimiliki orang lain. Bersyukurlah senantiasa. Setiap orang punya kelebihannya masing-masing.

Please rate this

Bagikan ini:

  • Twitter
  • Facebook

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

Pencarian

Tentang ngetik ngetik

logo ngetikngetik

Ngetikngetik.com adalah sebuah blog yang memuat cerita cerita fiksi, romantis, horror dan lain sebagainya.

Adapun tujuan dari blog ini adalah untuk berbagi dan mudah-mudahan dapat berguna sebagai inspirasi ataupun ide bagi para pembaca budiman dimanapun anda berada.

Jika anda ingin membagikan pengalaman menarik yang pernah anda alami atau hasil buah pikiran anda, kami akan sangat senang dan terbuka untuk memposting ke blog kami. Silakan menghubungi [email protected]

Salam hangat,

tim ngetikngetik

Arsip

  • Juli 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
©2021 Ngetikngetik by PT. Prima Optimasi Indonesia